Terapi hormon dimaksudkan untuk menghentikan produksi testosteron sehingga hormon tersebut tidak lagi memasuki sel-sel kanker karena, bila hormon itu ada di dalam sel-sel kanker, ia akan merangsang pertumbuhan sel-sel tersebut.

Terapi ini sendiri tidak akan menghilangkan kanker prostat tersebut, namun dapat memperlambat pertumbuhan kanker prostat, menyusutkan tumor (bila ada), mengurangi gejala-gejala, serta berpotensi memperpanjang usia penderita.

Terapi hormon juga dapat dihentikan sehingga produksi hormon dapat kembali normal. Ketika terapi dihentikan, maka efek sampingnya akan hilang secara perlahan-lahan.

Tetapi terapi hormon hanya bisa dihentikan bila pasien kanker prostat awal memilih melakukan terapi LH-RH agonists atau terapi anti-androgen. Bila memilih orchiectomy, maka efeknya akan permanen dan tidak dapat diubah.

Penelitian mendapatkan beberapa fakta mengenai terapi hormon. Berikut fakta-fakta mengenai terapi hormon dari penelitian yang dilakukan oleh US Women’s Health Intiative (WHI), Amerika Serikat:

  • Terapi hormon tidak mempengaruhi sulitnya proses deteksi tumor payudara dengan menggunakan mammogram.
  • Terapi hormon tidak melindungi kesehatan jantung wanita usia lanjut. Bahkan, terapi hormone dengan kadar hormon estrogen/progestin yang jumlahnya amat besar justru dapat meningkatkan resiko wanita terkena serangan jantung dan stroke.
  • Sejumlah penelitian mengaitkan terapi hormon jangka panjang dengan pertumbuhsn kanker payudara. Namun banyak juga yang menemukan bahwa sel-sel tumor pada pengguna terapi hormon umumnya berkembang lebih lambat dan lebih kecil ukurannya dibanding dengan mereka yang tidak menjalani terapi hormon.
  • Tingkat kesembuhan dari kanker pengguna terapi hormon juga lebih baik. 92 persen pasien yang menjalani terapi hormone masih bertahan hidup 6 tahun sesudah diagnose. Sedangkan pada non pengguna terapi hormon hanya 80 persen yang bertahan.